Nowadays, siapa sih yang nggak kenal social
media? Atau siapa yang nggak punya social media. Kayaknya mayoritas anak muda ,
(bahkan nggak cuma anak muda deh, ibu – ibu pun) yang terutama pemakai gadget,
setidaknya punya salah satu akun social media. Bahkan ada yang sampai punya
beberapa akun social media. Hal ini terkesan lumrah, dan memang tidak ada
salahnya.
Fenomena yang mengikuti adanya perkembangan
social media adalah mulai munculnya kebebasan berpendapat, which is good kalau
memang dipergunakan untuk mengemukakan pendapat yang sifatnya baik, dan
membangun. Sometimes kita bisa dapet
info menarik dari social media. Seperti resep masakan, kisah religious dan
motivasi, berita aktual yang update, dan masih banyak lagi. Namun, seiring
berjalannya waktu, terkadang ada beberapa hal yang menyimpang dari penggunaan
social media tersebut.
Ini adalah sebagian dari pengamatan pribadi,
yang biasanya cuma disimpen dalam hati, menggelitik untuk dikatakan, tapi kalau
dibahas secara lisan takut menjadi ghibah karena pasti ada nama si A, si B yang
muncul, So, I’ll write it on here.
1.
Sosial
media ≠ diary
Kadang kita pasti nemuin orang orang yang apaa aja dia tulis di
fb. Bahkan sehari bisa update status, per 2 jam, dia tulis semua yang dirasain
dan dilakukannya. Pernah saya punya temen FB, yang sekedar tau, kenal, tapi
nggak deket, tapi saya bisa bener2 tau, hidupnya dia.(saya termasuk kepo kali
ya). Kaya semacam nonton infotaintment gitu. Bahkan pernah ketika dia (maaf)
pernah di rendahkan sebagai perempuan, dituliskanlah pengalamannya itu kedalam
sebuah status. Pertanyaan yang ada di benak saya adalah, apa dia tidak merasa malu
orang lain tau hidup dia? Social media is public platform not diaries. It is
okay to share your activities. Tapi sebaiknya, pilih kata-kata yang perlu dan
tidak menebar aib kamu sendiri.
Pernah saya membaca sebuah kisah Rasulullah, Seperti ini :
“ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi
ini?” maka Istri tercinta, sang humairah, sang pipi merah Aisyah menjawab “
Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”.
Rasul dengan senyum teduhnya berkata “baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”.
Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah rasulullah...
Dari kisah ini kita belajar, bahwa
sesungguhnya Rasulullah sangat menjaga diri dan keluarganya dari aib. Dan
apakah kita akan masih sering menceritakan aib kita sendiri, disebuah media,
yang ratusan orang akan membacanya??
2. Apakah statusmu termasuk Ujub atau riya?
“yayy..
nggak sia-sia aku ngajarin murid lesku. Nilainya jadi bagus bagus..”
“Selesai
masak nih. Aku habis masak pizza, pudding, sama spaghetti nih. Kata temen-temen aku jago masak “ (sambil
fotoin hasil masakannya)
“hari
ini sedekah udah. Walaupun sedikit, Alhamdulillah bisa berbagi”\
Sungguh, tidak ingin berprasangka. Tapi
hendaknya kita berpikir, apakah kata-kata tersebut ada rasa ingin ‘sombong atau
pamer’? Ini yang sejujurnya membuat saya
berfikir beberapa kali untuk membuat status, karena kekhawatiran akan ketidak
sengajaan kita untuk menulis sesuatu yang berujung ujub atau riya. Walaupun
dalam lisan kita mengatakan tidak ingin pamer. Tetapi manusiawi bagi kita
memiliki hasrat untuk menunjukkan kemahiran kita. Dan itu yang sebaiknya kita
kendalikan, agar tidak berujung ujub atau riya? Bagaimana caranya?
- Gunakan
kata-kata yang lebih baik.
“yayy..
nggak sia-sia aku ngajarin murid lesku. Nilainya jadi bagus bagus..” alangkah
lebih baik seperti
“Alhamdullilah.
Ini kerja keras kalian nak. Selamat. Pertahankan prestasi kalian”
“Selesai masak nih. Aku habis masak pizza,
pudding, sama spaghetti nih. Kata temen-temen aku jago masak “ (sambil fotoin
hasil masakannya)
Tulis
seperti ini rasanya lebih baik.
Hari
ini mencoba belajar memasak. Berikut resepnya. Kalau bunda punya resep, saling
berbagi yaa. Kita belajar bersama.
Bukankah
dibaca lebih adem??
3.
Kode
kamu kekencengan !!
Social media, bisa menjadi salah satu media
untuk mengungkapkan perasaan secara tidak langsung. Istilah lainnya ‘ngasih
kode’. Ini buat orang-orang yang lagi kasmaran. Tapi serius deh. Beberapa orang
updatenya semacam ngasih kode nya kebangetan. Yang baca jadi tau kalo tu orang
lagi kasmaran. Ya kali kalau yang disukai nanggepin kodenya. Lha kalau nggak.
Kesannya jadi kasihan. Yang baca aja malu. Masa yang nulis nggak?
“Diriwayatkan oleh
Abu Hurairah r.a. : Nabi Saw. Pernah bersabda ; “Iman meliputi lebih dari enam
puluh cabang atau bagian. Dan Al haya’ (rasa malu) adalah sebuah cabang dari
iman.” (HR Al Bukhari).
Malu itu sebagian
dari iman… dan jika setiap orang mulai berkurang rasa malunya maka apakah itu
pertanda bahwa banyak orang juga yang mulai kehilangan imannya?
Berpikirlah beberapa kali dalam menulis
sesuatu. Jangan sampai secara tidak sadar, kamu telah menebar aibmu sendiri.